Kolonialitas: Sisi yang Lebih Gelap dari Modernitas

IV

Eksplorasi sebelumnya didasarkan pada hipotesis bahwa modernitas dan kolonialitas adalah dua sisi mata uang yang sama. ‘Kolonialitas’ adalah kependekan dari ‘matriks kolonial (atau struktur) kekuasaan’; ia menggambarkan dan menjelaskan kolonialitas sebagai bagian tersembunyi dan sisi yang lebih gelap dari modernitas. Hipotesisnya berjalan sebagai berikut:

  1. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, renaisans Eropa dipahami sebagai: dasar pembangunan untuk gagasan modernitas, melalui penjajahan ganda terhadap waktu dan ruang. Penjajahan ganda ini sama nilainya dengan penemuan tradisi Eropa. Yang satu adalah tradisi Eropa itu sendiri (kolonisasi waktu). Yang lainnya adalah penemuan tradisi non-Eropa: dunia non-Eropa yang hidup berdampingan sebelum tahun 1500 (kolonisasi ruang). Penemuan benua Amerika memang merupakan langkah pertama dalam penemuan tradisi non-Eropa yakni bahwa modernitas bertanggung jawab untuk meniadakan peradaban di benua Amerika melalui berbagai macam penggantian, dan kemudian melalui pembangunan.16
  2. ‘Modernitas’ menjadi — dalam kaitannya dengan dunia non-Eropa — sinonim dengan keselamatan dan kebaruan. Sejak renaisans hingga abad pencerahan, modernitas dipelopori oleh teologi Kristen serta humanisme renaisans sekuler (yang masih terkait dengan teologi). Retorika keselamatan melalui pertobatan menjadi seorang Kristen diterjemahkan ke dalam retorika keselamatan melalui misi pemberadaban, sejak abad kedelapan belas, ketika Inggris dan Perancis menggantikan Spanyol dan mengarahkan dunia menuju ekspansi imperial/kolonial Barat. Retorika kebaruan saling melengkapi dengan gagasan ‘kemajuan’. Keselamatan, kebaruan, dan kemajuan menjadi babak baru— dan kosakata baru — setelah perang dunia kedua, ketika Amerika Serikat mengambil alih kepemimpinan Inggris dan Perancis sebelumnya, mendukung perjuangan dekolonisasi di Afrika dan Asia dan memulai proyek ekonomi global dengan nama ‘pembangunan dan modernisasi’. Hari ini kita tahu konsekuensi dari keselamatan melalui pembangunan. Versi baru dari retorika ini, ‘globalisasi dan perdagangan bebas’, sedang diperdebatkan. Dari perspektif de-kolonial, keempat tahap dan versi keselamatan dan kebaruan ini hidup berdampingan hari ini dalam akumulasi diakronis meskipun dari perspektif (post)modern dan narasi modernitas yang dibuat sendiri, berdasarkan perayaan keselamatan dan kebaruan, setiap tahap menggantikan dan manjadikan tahap yang sebelumnya tidak lagi relevan: setiap tahap tersebut dibangun di atas tradisi kebaruan dan modernitas itu sendiri.
  1. Retorika modernitas (keselamatan, kebaruan, kemajuan, pembangunan) bergandengan tangan dengan logika kolonialitas. Dalam beberapa kasus, retorika modernitas bekerja melalui penjajahan. Dalam kasus lain, seperti di Cina, retorika ini bekerja melalui manipulasi diplomatik dan komersial sejak Perang Opium hingga Mao Ze-dong. Periode globalisasi neo-liberal (dari Ronald Reagan dan Margaret Thatcher hingga runtuhnya pemerintahan George W. Bush dengan kegagalan di Irak dan di Wall Street), mencontohkan bagaimana logika kolonialitas bekerja secara ekstrim: mengungkapkan dirinya sendiri dalam kegagalannya yang mengerikan. Kegagalan ekonomi Wall Street ditambah dengan kegagalan di Irak, membuka gerbang ke tatanan dunia polisentris.

 

Singkatnya, modernitas/kolonialitas adalah dua sisi mata uang yang sama. Kolonialitas merupakan unsur hakiki dari modernitas; tidak ada modernitas, tidak mungkin ada, tanpa kolonialitas. Postmodernitas dan altermodernitas tidak menghilangkan kolonialitas. Mereka hanya menghadirkan topeng baru yang, sengaja atau tidak, terus menyembunyikan kolonialitas.

Bagikan Postingan

Subscribe
Notify of
2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Marno nigha
Marno nigha
2 years ago

Wala terjemahan enak, bisa dicerap dengan mudah…good job Dimas

Kalender Postingan

Sabtu, Juli 27th