oleh Aura Asmaradana.
—–
Info film
Episode perdana: 18 September 2020, diadaptasi dari: “One Flew Over the Cuckoo’s Nest”, kreator: Ryan Murphy, Evan Romansky, genre: drama, cerita psikologis, fiksi horor.
—–
“Senang sekali bisa menyingkirkan mereka.”
“Siapa?”
“Laki-laki.”
“Aku tahu kalian berdua tak terlalu butuh mereka, tapi… lihatlah kita. Duduk di sini, minum koktail di pantai Meksiko yang indah tanpa ditemani seorang pria pun. Menikmati hidup yang kita ciptakan sendiri, tiga wanita kuat dan mandiri.”
Percakapan yang terdengar agak intimidatif itu terjadi antara Betsy, Gwendolyn, dan Ratched. Pada hari yang panas di pemukiman eksklusif tepi pantai yang cozy, ketiga perempuan itu duduk menikmati angin sepoi dari laut Meksiko. Ratched terlihat gelisah, tidak selaras dengan kebebasan yang baru saja diperolehnya. Barangkali, ada urusannya yang belum tuntas. Urusan hidup Ratched yang mungkin belum tuntas itu adalah salah satu magnet dalam film serial “Ratched” (2020). Hingga episode akhir, masih saja membetot untuk disimak.
Bagi Ratched, Meksiko merupakan sebuah simbol kebebasan dari perjuangan dirinya sebagai perempuan—baik dalam tatanan sosial, karier, maupun beban psikologis. Percakapan di awal tadi hanya salah satu ungkapan verbal tentang isu perempuan yang diangkat film “Ratched”. Secara garis besar, perempuan digambarkan sebagai komponen penting dalam sistem sosial. Namun, lebih dari sekadar itu, “Ratched” juga menyimbolkan kompleksitas isu kesehatan jiwa dan siasat antar-kelas sosial.
Tentang Orang “Sehat” dan Orang “Sakit”
Hal utama yang menjadi magnet di dalam film “Ratched” tentu saja sosok Mildred Ratched. Ratched adalah seorang perawat yang merantau ke Lusia untuk melamar kerja di Rumah Sakit Jiwa milik pemerintah. Di saat yang bersamaan, Edmund Tolleson, seorang pembunuh empat orang pastor Katolik dibawa ke Lusia untuk menjalani pengobatan sembari menunggu keputusan medis dan hukum. Jika terbukti sakit jiwa, ia bisa bebas dari jerat hukum, dan jika terbukti sehat, ia harus dihukum mati.
Di rumah sakit jiwa itulah petualangan Ratched dimulai. Ia bertemu dengan banyak tokoh dan banyak peristiwa sehingga cerita hidupnya penuh ketegangan. Ragam tokoh dihadirkan dengan berbagai macam latar belakang yang kuat secara biografis. Salah satu koleganya adalah Dr. Richard Hanover, seorang kepala rumah sakit jiwa yang brilian. Ia inovatif dan penuh inisiatif, tetapi mulai kehilangan kendali atas rumah sakitnya. Ada juga Betsy Bucket, kepala perawat rumah sakit galak dan sinis yang secara mengejutkan pada akhirnya dapat saling terikat dengan Ratched; Gwendolyn Briggs, orang kepercayaan Gubernur California; Huck Finnigan, perawat baik hati yang wajahnya cacat akibat Perang Dunia II; Dolly, perawat magang dengan citra sensual; hingga Lenore Osgood, seorang konglomerat yang memperjuangkan keadilan dalam versinya yang subversif.
Sejak pertama kali datang ke Lusia, orang-orang mengenal Ratched karena ekspresinya yang datar dan tegas pada berbagai situasi. Di beberapa kesempatan, ia bahkan terkesan sangat menyebalkan dan tidak peduli. Mengaku sebagai seorang mantan perawat Perang Dunia II, ia punya skill yang mumpuni dan mental yang tangguh. Namun, tak banyak orang di Lusia yang tahu bahwa ia punya masa kanak-kanak yang menyeramkan. Bersama adik laki-lakinya, ia adalah anak yatim piatu yang tinggal berpindah dari panti asuhan satu ke panti asuhan lain; dari orangtua asuh satu ke orangtua asuh lainnya. Kedatangan Ratched ke Lusia tidak lepas dari kenangan masa kanak itu. Ratched bertekad untuk membalas sebuah budi baik dengan cara menghindarkan Edmund dari hukuman mati.
Uniknya, tindakan Ratched tidak melulu mencapai misinya. Ratched bisa sangat bengis dan tampak seperti seorang nihilis, seperti ketika beberapa kali menyingkirkan jejak orang mati. Namun, di kali lain, ternyata ia juga bisa sangat pengasih dan positif, seperti ketika memperlakukan Huck. Ratched bisa sangat tenang dan penuh perencanaan, seperti ketika menyusun beberapa rencana untuk membebaskan Edmund. Namun di kali lain, ia ternyata juga bisa menangis, memohon, dan hampir putus asa, seperti ketika kedoknya dibongkar Betsy. Ragam pergolakan itulah yang membuat tokoh Ratched menjadi sangat wajar dan manusiawi.
Dinamika karakter Ratched sebetulnya agak berbanding terbalik dengan tokoh asalnya, Big Nurse. Dalam novel One Flew Over the Cuckoo’s Nest karya Ken Kesey (1962) tokoh perawat itu disebut Times sebagai salah satu tokoh antihero paling menjijikkan dalam literatur. Bahkan, dalam film berjudul sama adaptasi Miloš Forman (1975), kecenderungan brutal dan perilaku tidak manusiawi Ratched lebih terlihat hingga American Film Institute memasukkan Ratched (diperankan Louise Fletcher) dalam urutan kelima greatest movie villain of all time di Academy-Award. Jika melihat Ratched dalam film serial Netflix, sangat jelas bahwa tokoh Ratched merupakan penafsiran baru terhadap Ratched-Ratched sebelumnya.
Sebagian besar latar tempat “Ratched” berlangsung di rumah sakit jiwa. Tema psikologi tentu merupakan hal pokok. Di luar latar fisik itu, para tokoh dalam “Ratched” secara tersirat menyampaikan topik kesehatan jiwa dengan nada yang agak kelabu dan tidak dibawa simpel. Kasarnya, tidak ada manusia yang benar-benar sehat, pun yang benar-benar sakit. Misalnya, seseorang yang bekerja di institusi kesehatan seperti perawat dan dokter lazimnya merupakan orang yang mendapat label “sehat”—secara fisik maupun kejiwaan. Namun jika melihat Ratched, penonton akan keheranan. Ia adalah sosok yang dengan baik hati “membereskan” beberapa kekacauan yang dilakukan oleh orang lain, dengan cara yang sama kejinya dengan kekacauan itu sendiri. Pertanyaannya, apakah Ratched sesungguhnya seorang yang waras? Tokoh Dr. Hanover pun memancing keheranan yang sama. Ternyata, ia adalah seorang kepala rumah sakit yang tidak sesehat gelarnya.
Ironi juga terjadi pada tokoh Edmund. Dalam suatu pelarian, Edmund yang pernah membunuh empat orang pastor dengan cara keji ternyata tak berani menyaksikan Dolly membunuh ayam dengan tangan kosong untuk sarapan mereka. Pertanyaannya, apakah cap “orang tidak waras” memang pantas untuk Edmund? Untungnya, dalam “Ratched”, tersedia jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan itu. Selalu ada landasan yang cukup bagi eksistensi setiap tokoh—baik dalam hal tindakan maupun perasaan.
Siasat Antar-Kelas Sosial
Memori kanak-kanak dalam “Ratched” mengambil peran yang sangat penting. Ratched digambarkan yatim piatu sejak kecil. Salah satu kenangan buruk Ratched adalah mengenai sandiwara boneka—yang mengingatkannya pada pelecehan seksual yang hampir dialaminya ketika remaja. Elemen sandiwara boneka menjadi simbol yang menarik karena merangkul keadaan dan konflik sosial yang terdapat pada keseluruhan film.
Anggaplah hidup adalah sebuah sandiwara boneka. Berarti, ada boneka-yang dikendalikan dan ada manusia-yang mengendalikan. Dalam “Ratched”, sosok yang teridentifikasi sebagai pengendali boneka adalah tokoh-tokoh yang berasal dari kalangan menengah seperti Ratched, Gwendolyn, dan Betsy. Mereka adalah para pekerja biasa dengan kehidupan pribadi yang tidak terlalu cerah. Ratched adalah seorang perantau yang tinggal di motel murahan. Gwendolyn adalah seorang asisten birokrat yang terkekang oleh kerja pemerintah yang patriarkal dan tidak manusiawi, sekaligus oleh ikatan pernikahan yang dipertahankan demi menyelamatkan orientasi seksualnya dari stigma sosial. Sedangkan Betsy adalah pekerja rumah sakit yang mau tidak mau, harus tunduk pada sistem, termasuk ketika Dr Hanover memecatnya secara sepihak.
Sementara itu, para tokoh kaya pemilik modal dalam film teridentifikasi sebagai boneka-yang dikendalikan. Meski memiliki konflik masing-masing, mereka justru terkesan tidak punya otonomi dan tidak dapat mengendalikan penyelesaian konfliknya sendiri. Mereka menyerahkan penyelesaian konfliknya pada pihak lain sehingga seperti Mrs Oosgod, misalnya, menyerahkan penyelesaian dendamnya menggunakan jasa pembunuh bayaran. Ia tampak seperti sekadar senjata yang digunakan Ratched untuk mencapai misinya. Begitu pula dengan Dr Hanover yang mewakili kalangan terpelajar kaya yang serakah ilmu. Alih-alih berkuasa penuh di rumah sakit, ia malah jadi korban senjatanya sendiri.
Sejak revolusi industri, problem antara pemilik modal dengan pekerja senantiasa mencuat. Biasanya, problem ini bersifat antagonistik. Dalam logika kapitalisme, relasi kerja adalah relasi yang sifatnya determinan dan eksploitatif. Untuk menghancurkan relasi seperti itu, dibutuhkan kesadaran dan perjuangan kelas pekerja dalam berbagai jenis bentuk gerakan.
Dalam “Ratched”, sentral gerakan ada pada tokoh-tokoh pekerja yang berasal dari kalangan menengah ke bawah. Mereka mengambil alih keadaan yang hampir atau terlanjur kacau. Meski tetap bertindak sesuai misi masing-masing individu, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang cerdik dan pandai bersiasat, serta mendapat keuntungan lebih untuk setiap hal yang dilakukannya.
Konflik pemilik modal dan pekerja tidak secara blak-blakan digambarkan dalam “Ratched”. Namun, peristiwa-peristiwa dalam film adalah bentuk konkret dari pergolakan yang diakibatkan oleh ketidaknyamanan yang dialami para tokoh di kalangan menengah ke bawah. Mereka bergerak dalam senyap, membuat kontrak-kontrak tertentu (seperti yang dilakukan Ratched dengan orang-orang di sekitarnya), berusaha mendobrak sistem dan tatanan sosial. Diangkatnya Huck yang dipandang sebelah mata sebagai kepala perawat, misalnya, merupakan dobrakan terhadap stigma sosial terhadap veteran perang yang memiliki kecacatan fisik.
Gerakan yang dilakukan para tokoh dari kalangan menengah itu menjadi semakin berkesan karena film serial “Ratched” berlatar waktu tahun 1947. Hingga tahun 1960-an, Amerika Serikat menjalankan sistem hukum yang sangat antihomoseksual. Semua jenis tindakan homoseksual, termasuk yang dilakukan antara orang dewasa yang saling setuju di ruang-ruang privat adalah tindakan kriminal di seluruh negara bagian Amerika Serikat. Pada masa itu, kota-kota membersihkan lingkungan, taman, bar, dan pantai dari homoseksual. Ribuan pria dan wanita yang diduga homoseksual dipermalukan di depan publik, dilecehkan secara fisik, dipecat, dipenjara, atau dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Banyak di antara mereka yang menjalani kehidupan ganda, menjaga rahasia kehidupan pribadi mereka dari kehidupan profesional mereka. Pada tahun 1971, dua puluh negara bagian di Amerika Serikat memiliki undang-undang “psikopat seks” yang memperbolehkan orang ditahan dengan alasan homoseksual. (Sumber: Adam, Barry, 1987. The Rise of a Gay and Lesbian Movement, G. K. Hall & Co melalui item “Kerusuhan Stonewall” di Wikipedia).
Di Pennsylvania dan California, pelanggar seks dapat dimasukkan ke rumah sakit jiwa seumur hidup, dan di tujuh negara bagian, mereka dapat dikastrasi. (Sumber: Carter, David (2004). Stonewall: The Riots that Sparked the Gay Revolution, St. Martin’s Press melalui item “Kerusuhan Stonewall” dalam Wikipedia). Hal yang sama juga terjadi pada dua pasien Rumah Sakit Jiwa Lusia yang diselamatkan Ratched dari berbagai eksperimen medis yang tidak manusiawi untuk menyembuhkan lesbianisme.
Pada masa itu, Ratched adalah seorang minoritas. Ia perempuan yatim piatu sejak kecil, pekerja jabatan rendah, sekaligus seorang lesbian yang terbuka. Untuk memperoleh hak asasinya, ia harus bekerja lebih keras dan cerdik untuk memperoleh peran signifikan dalam masyarakat—diterima bekerja secara instan, berkomunikasi, menjalin relasi, dan beroleh bargaining position dengan kalangan birokrat dan konglomerat. “Ratched” tampaknya memang ditujukan sebagai sebuah tawaran untuk melihat peran minoritas di dalam relasi sosial dan karier secara baru. Sesungguhnya, sejak zaman dulu pun, ada suatu kondisi sosial yang bisa diupayakan terhadap ketimpangan posisi minoritas yang terjadi di dunia kita.
Aura Asmaradana adalah seorang sastrawan, penulis (esai, catatan perjalanan) dan editor. Tahun 2019 mengikuti residensi penulis program Komite Buku, di Dili – Timor Leste. Karya-karyanya yang telah terbit antara lain antologi cerpen Solo Exhibition (2015) dan novel Solilokui (2018). Saat ini tergabung dalam associate moderator Kompasiana sembari bergiat di ruang perempuan dan tulisan.