Kultur, Kota, Kita

Kota kerap dijadikan tolak ukur modernitas. Padanya nilai-nilai perihal kemajuan, pemberadaban, dan globalisasi dilekatkan. Sudah sejak semula ia dibentuk oleh sistem ekonomi surplus, upaya kontrol atas sumber daya, kerja dan kepemilikan, kebutuhan akan pengaturan hidup bersama, perpindahan yang diikuti dengan interaksi antarmanusia, benda-benda, dan sistem nilai serta rasa-merasa. Kolonialisme Eropa membenamkan ideologi modernitas eurosentrisme yang mengarahkan: seluruh gerak pertukaran sumber daya, kerja, dan kepemilikan ke dalam sistem kapital-neoliberal; pemahaman identitas intersubjektif global; dan kendali pengetahuan yang berpusat serta tertuju pada Barat sebagai standar.

Banyak kota di Indonesia dibentuk oleh sejarah kolonialisme yang panjang atau dengan logika modernitas eurosentris. Kota dengan segala ukuran pembangunannya (developmentalisme) direntangkan pada satu ekstrem dengan kampung/desa/komunitas adat di ekstrem yang lainnya. Jika kampung atau desa diyakini menghidupi karakter tradisional, kota adalah sebaliknya, ia ditentukan oleh laju modernisasi di berbagai sektor. Meski demikian, sebagaimana yang berlangsung di negara dunia ketiga lainnya, di Indonesia, modernitas yang berlangsung di kota bukanlah konfigurasi utuh dari modernitas eurosentris. Kota-kota di Indonesia adalah kontestasi dan tensi antara tradisi dan globalisasi.

Pertanyaan tentang Kultur menjadi relevan di sini, apalagi ketika definisinya coba dibongkar dan disusun ulang dengan menimbang seluruh dinamika sosial, politik, dan kebudayaan hari ini. Defenisi tentang Kultur membentangkan unsur sistem nilai, norma, rasa-merasa, simbol-simbol, cipta, rasa dan karsa yang dibentuk dan membentuk manusia dalam satu komunitas hidup bersama. Sebagaimana konfigurasi modernitas kota-kota di Indonesia tidak sepenuhnya eurosentris, praktik dan penghayatan atas nilai-nilai budaya oleh warga masyarakat membentuk karakter indigenitas yang spesifik yang bertindih tepat dengan gerak kemajuan.

Kota dan pembacaan kritis atas Kultur punya tensi yang lain ketika subjek-subjek yang hidup, membentuk, dan dibentuk oleh keduanya berusaha menemukan makna perihal ‘diri’ dalam ruang hidup ‘bersama’. Di Maumere, generasi kelahiran 90an menghadapi dilema besar karena merasa jauh dari tradisi akibat seluruh dampak kolonialisme yang menghancurkannya, sekaligus terasing dari modernitas akibat kesenjangan distribusi pengetahuan yang berlangsung. Di Jakarta, pertanyaan perihal ‘kamu asli mana?’ tak lagi relevan dijawab dari kacamata etnisitas sebab sudah sejak semula, Jakarta adalah kosmopolitan dengan seluruh kenyataan keberagaman dan perbedaannya. Dibutuhkan pembacaan kritis pada hal-hal yang membentuk subjek sebagai diri yang personal dan yang hidup sebagai Kita secara kolektif dalam ruang hidup bersama saat ini.

Tema Kultur, Kota, Kita mengudar beberapa pertanyaan kunci yang bisa diselidiki lebih jauh: apa sebenarnya yang menggerakkan sebuah kota? Apakah sebuah kultur bisa tumbuh dan membentuk sebuah kota? Hidup bersama macam apa yang berlangsung di kota? Masih mungkinkan membayangkan kolektivitas dalam sebuah kota? Bagaimana kota-kota membentuk identitas manusia yang tinggal di dalamnya? Apakah manusia-manusia bisa membentuk identitas suatu kota?

Jurnal Lau Ne Sesi III – Tahun 2024: Kultur, Kota, Kita ingin melihat kemungkinan-kemungkinan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas baik secara teoritis maupun melalui ulasan atas bentuk-bentuk karya, proyek, dan even seni, maupun gagasan dan amatan atas praktik kehidupan sosial warga sehari-hari

Mari saling berbagi pandangan dan pembacaan atas Kultur, Kota, Kita. 

Kami tunggu!

Jadwal terbit

  • Edisi 1: 15 Oktober 2024
  • Edisi 2: 15 November 2024
  • Edisi 3: 15 Desember 2024
  • Edisi 4: 15 Januari 2025
  • Edisi 5: 15 Februari 2025
  • Edisi 6: 15 Maret 2025

Kirim Proposal Ide Tulisan

Kami mengundang para penulis untuk turut mengambil bagian sebagai kontributor Lau Ne. 

Berikut ketentuan yang mesti disimak: 

  1. Para calon penulis bisa memilih salah satu dari rubrik yang tersedia di jurnal Lau Ne. 
  2. Proposal ide tulisan meliputi beberapa poin ini: judul tulisan, proyeksi rubrik, elaborasi singkat atas hal yang hendak ditulis, pertanyaan-pertanyaan yang ingin digali lebih jauh dalam tulisan, dan urgensi dari tulisan ini menurut penulis. Calon penulis juga bisa mengirim tulisan utuh jika sudah tersedia.
  3. Proposal ide tulisan dikirim dalam bentuk google doc, format doc.x atau rtf. melalui alamat email redaksi.laune@gmail.com. Pada subjek email, berilah keterangan penulis, judul tulisan, dan rubrik yang ingin diisi seperti contoh berikut: Carlin_Sejarah Estetika_Jangkar. 
  4. Sertakan biodata singkat, nomor whatsapp, dan tautan dari tulisan yang pernah dipublikasikan oleh media sebagai referensi bagi para editor. 
  5. Tulisan maupun ide tulisan akan dikurasi. Proposal yang lolos kurasi akan dihubungi oleh tim redaksi. Para penulis terpilih wajib mengikuti forum penulis selama proses pengembangan tulisan dan penyuntingan. 
  6. Format usulan tulisan dapat dilihat di sini.
  7. Honorarium sebesar Rp.1.000.000 untuk rubrik Jangkar dan Rp. 500.000 untuk rubrik Jala, Layar, dan Nahkoda
  8. Deadline open call penulis hingga 5 September 2024.

Rubrik-Rubrik

Jangkar merupakan sebuah rubrik ulasan atau kritik atas karya, peristiwa/proyek seni, fenomena tertentu, aktivitas keseharian tertentu atau catatan riset-riset seni atau budaya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah popular. Dinamai demikian karena sifat tulisan yang diharapkan bersifat kuat, komprehensif, dan mendalam bak jangkar di dalamnya lautan. Jumlah kata: 2500-3500 kata. Contoh tulisan Jangkar: Paradoks Monumen Publik: Hasrat Individual dan Upaya Merawat Memori Kolektif

Layar membentangkan catatan-catatan proses mengenai penciptaan karya, proyek seni, peristiwa seni, maupun catatan perjalanan. Dengan mengutamakan penekanannya pada proses kreatif individu atau kelompok, layar diharapkan menjadi halaman yang memperkenalkan kerja seni dan budaya dengan ragam praktik, pendekatan, dan metodenya. Jumlah kata: 1000-2000 kata.Contoh tulisan Layar: Melintas Waktu: Catatan Perihal Temu Seni Teater Monolog 2023

Jala merupakan sebuah rubrik berisi resensi, ulasan, atau pengalaman/impresi ketika membaca, menonton, mendengar atau mengalami karya dan peristiwa seni, yang bersifat personal dan spesifik. Seperti jala, rubrik ini diharapkan dapat menangkap kesan-kesan atau resepsi dari audiens dengan ragam sudut pandangnya. Jumlah kata: 1000-2000 kata. Contoh tulisan Jala: Potensi dan Kontroversi Jelajah Gang Kota

Nahkoda menghadirkan teks wawancara dua arah mengenai profil para aktivis budaya, seniman, manajer seni, membahas karya dan kerja-kerja kesenian yang relevan. Rubrik ini juga menerima obituari dan biografi tokoh. Jumlah kata: 2000-3000 kata. Contoh tulisan Nahkoda: Akira Toriyama Mengajarkan Saya Arti Batas

Mercusuar adalah kolom khusus yang memuat proyeksi dan refleksi dari terbitan Lau Ne di setiap edisinya. Mercusuar diharapkan menjadi tanda, awasan, rambu-rambu yang bisa menjadi peta menuju dermaga/pemberhentian atau navigasi untuk mengambil haluan lain demi perjalanan yang lebih jauh. Jumlah kata: maksimal 500 kata.

Demikian. Terima Kasih!

CP: 085339246952 (Carlin)

Bagikan Postingan

Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Kalender Postingan

Senin, September 16th