Oleh Sesil Van Brandt –
Sore itu suasana kampung Wuring bagian tengah tampak sangat ramai. Saya dan Karlin berjalan kaki di area kampung itu untuk merasakan kehidupan di situ lebih dekat. Kami melewati masjid dan sekolah dan tidak jauh dari situ kami pun bertemu dengan seorang kakek yang sedang duduk santai di depan rumahnya.
Kakek itu bernama Idrus. Rupanya dulu saya pernah datang ke rumah kakek Idrus. Beliau merupakan seorang dukun yang pernah mengobati salah satu keluarga saya. Saya bersyukur bisa berjumpa lagi dengannya.Kami kemudian diajak kakek Idrus untuk bertamu di rumahnya itu. Rumah kakek Idrus berjenis panggung, berwarna biru dan halaman rumahnya yang sempit dipenuhi pot-pot bunga yang cantik.
Kakek Idrus berasal dari Sulawesi. Ia tinggal bersama cucu dan cicitnya, sedangkan istrinya sudah meninggal 3 tahun lalu. Kami bercerita banyak hal dan kakek sangat bersemangat menceritakan pengalamannya berlayar mengikuti kapal dari Sulawesi ke Maluku, Surabaya hingga ke Maumere. Ia pertama kali datang ke Maumere pada tahun 1954. Pada saat itu kakek berumur 15 tahun; ia tiba di Wuring bersama keluarganya sebagai pelarian dari sebuah konflik yang terjadi di tempat tinggalnya.
Dia juga katakan bahwa kampung Wuring dulunya bernama Bureh. Pada masa awal pembentukan, hanya terdapat sepuluh rumah; rumah-rumah itu beratap dan berdinding daun kelapa. Ada dua suku besar yang ada di situ; suku Bajo dan suku Larantuka. Suku Larantuka yang beragama Katolik berkediaman di darat, sedangkan suku Bajo yang notabene beragama Islam berada di atas laut. Meskipun begitu suku Larantuka juga hidup dari melaut.
Saya perhatikan ada sebuah musala di dekat situ. Saya bertanya kepada kakek dan kakek katakan bawah musala itu berdiri sejak lama dan dulunya terdapat hamparan pantai dengan pasir putih. Ada pun terdapat tiga bangkai kapal Jepang yang sempat berlabuh. Kapal-kapal itu berhenti di Wuring untuk mengambil air tawar di sebuah sumur. Di sela-selah obrolan kami, cucu dan cicit kakek Idrus datang. Suasana makin ramai dengan canda tawa dari cicit kakek Idrus yang imut dan lucu.