Suara dari Kampung Wuring
Menampilkan catatan proses dari seniman fasilitator, warga Kampung Wuring dan pemangku kepentingan mengenai rangkaian aktivitas kesenian dalam proyek Voicing Bajo and Bugis People of Maumere.
Rangkaian aktivitas kesenian ini terutama bertujuan menjembatani pertemuan kebudayaan masyarakat Kampung Wuring dan mayoritas warga Maumere yang berbeda etnis.
Forum-forum kesenian yang dilakukan juga mengusahakan terciptanya ruang yang inklusif bagi warga Kampung Wuring untuk mengidentifikasi modal, isu, kegelisahan, dan potensi mereka untuk disuarakan kepada sesama warga, masyarakat Maumere dan yang lebih luas serta para pemangku kebjikan yaitu pemerinta daerah.
Proyek seni ini diinisiasi dan dijalankan oleh Komunitas KAHE dan Teater Garasi/Garasi Performance Institute, didukung oleh Voice Global, melibatkan kaum muda, para perempuan, komunitas adat di Wuring Leko serta para waria.
Kabar Kabur Pencak Silat
Tradisi pencak silat di Kampung Wuring sangat populer di zaman Kerajaan Sikka. Beberapa pendekar dari suku Bajo di Wuring dan Waipare dikenal sebagai kaki tangan Raja Sikka dan Kangae untuk mengawasi jalur dagang di pantai utara Maumere. Tradisi pencak silat berkembang dari waktu ke waktu, menjadi pertunjukan ketika penerimaan tamu maupun saat berlangsung acara-acara adat juga perkawinan. Sayang sekali, saat ini tradisi pencak silat mulai tergerus oleh karena masuknya budaya modern, komersialisasi dan intrik internal di kalangan para pemuka masyarakat di Kampung Wuring.
Susur Islam Kampung Wuring
Susur Islam Kampung Wuring berkisah tentang sejarah pendirian masjid-masjid di Kampung Wuring dan dampaknya bagi kehidupan umat muslim di sekitar kampung, maumpun bagi perkembangan syiar Islam di Maumere dan Flores umumnya. Pembangunan masjid-masjid di Kampung Wuring tidak terlepas dari dukungan umat dan warga sekitar kampung. Dalam perkembangannya Islam di kampung Wuring berhadapan dengan isu-isu seputar pariwisata, toleransi, hingga radikalisme yang secara amat eksplisit menghadang penghayatan iman umat.
Ula-ula: Panji Suku Bajo di Wuring Leko
Ula-ula adalah sebutan untuk panji kebesaran para pelaut suku Bajo. Legenda dan cerita tentang ula-ula tersebar di berbagai komunitas suku Bajo di berbagai belahan dunia. Di Takabonerate, tradisi dan ritus ula-ula dipraktikan oleh orang-orang suku Bajo, terutama yang berasal dari keturunan Lolo Bajo. Di Kampung Wuring, ula-ula hanya terdapat di daerah Wuring Leko, dipraktikan dan dilestarikan oleh Haji Lolo, keturunan Lolo Bajo.